Nama : Wira
Sagala
NIM : 20100420030
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki berbagai sumber daya alam dan sumber
daya manusia indonesia juga cukup besar baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. dibandingkan negara lainnya potensi pasar indonesia cukup besar sebut
saja negara tetangga seperti singapura, malaysia mereka sudah semakin maju.
bahkan negara seperti belanda, swiss, jepang mereka negara yang tidak memiliki
sumber daya alam yang besar tetapi kemajuannya luar biasa. mengapa indonesia
yang begitu banyak sumber daya alam dan manusianya belum mampu seperti mereka?
bagaimana kita mengelola negara ini ? kalau kita hanya sebagai bangsa konsumtif
maka kita akan dimanfaatkan sebagai pasar bagi banyak negara, karena memang
jumlah penduduk kita yang sedemikian besar tingkat kebutuhannya tinggi sungguh
menarik bagi negara produsen produk. oleh sebab itulah saatnya indonesia
berusaha mengurangi impor dan meningkatkan ekspor. dengan demikian maka neraca
keuangan negara akan menjadi sehat. kebijakan menaikan bbm tentu saja akan
meningkatkan pemasukan pemerintah dan dapat digunakan untuk melakukan
perencanaan pembangunan negara. namun permasalahan klasik negara ini adalah
dalam pengaturan anggaran pemerintah. kemanakah prioritas anggaran yang besar
tersebut akan dialokasikan?. kalau salah maka menaikan harga bbm justru hanya
akan memberatkan masyarakat. beberapa sektor vital yang terpengaruh adalah
ekonomi, kesehatan dan pendidikan. dari sektor ekonomi masyarakat, akan
berdampak pada menurunya daya beli masyarakat karena kenaikan harga bbm maka
akan dibarengi dengan kenaikan tarif listrik, transportasi dan berbagai jenis
produk. golongan masyarakat yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat
miskin. kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan langsung tunai sangat
bermanfaat bagi golongan ini. setidaknya dalam jangka pendek ekonomi mereka
dapat terbantu. selanjutnya anggaran tersebut harus mampu dipergunakan dalam
meningkatkan ekonomi mikro. kegiatan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri perlu ditingkatkan dan dipenuhi sehingga mengurangi impor, kemudian jika
bisa produk kita di ekspor ke negara lain. janganlah kita menjadi
ketergantungan dengan barang impor terus.
biaya pendidikan terutama pendidikan
menengah atas dan pendidikan tinggi akan semakin meningkat. jangkauan
masyarakat ekonomi rendah akan sulit untuk melanjutkan pendidikan karena
terbatasnya pendapatan dan harga yang semakin tidak terjangkau. fasilitas
sekolah yang terbatas dan bangunan yang rusak juga masih banyak. belum lagi di
beberapa daerah jumlah sekolah tidak sebanding dengan jumlah penduduknya.
kebijakan pemerintah dengan memberikan dana bos adalah sudah tepat. subsidi bbm
dapat juga perlu diprioritaskan pada pembangunan sekolah, fasilitas sekolah dan
beasiswa pendidikan tinggi bagi anak yang berprestasi. sdm berpendidikan adalah
investasi bangsa indonesia kedepannya.pemerintah semestinya menyiapkan
perencanaan jangka panjang dalam menyiapkan sumber daya manusia sehingga bisa
di latih mencapai tujuan tertentu. seperti contohnya kalau ingin membuat mobil
maka kirimlah orang dalam jumlah tertentu untuk belajar ke negara maju.
selanjutnya setelah selesai pendidikan mereka diberikan fasilitas untuk
mengembangkan kemampuanya hingga mampu membuat pabrik sendiri. dengan demikian
maka tidak akan rugi mengirim orang belajar. kenyataanya dari tahun 1970,
program beasiswa seperti ini tidak jelas alurnya sehingga tenaga ahli yang
sudah datang tidak diberdayakan dengan baik.
sektor kesehatan akan terkena
dampaknya dimana biaya kesehatan yang meningkat menyebabkan jangkauan layanan
kesehatan menjadi sulit. ekonomi masyarakat yang rendah biasanya berhubungan
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang tidak sehat. meningkatnya kejadian gizi
kurang dan gizi buruk akibat terbatasnya pendapatan. hal ini perlu menjadi
perhatian pemerintah selain hanya memberikan jaminan kesehatan masyarakat juga
memberikan pembinaan kesehatan pada masyarakat. peranan puskesmas sebagai ujung
tombak kesehatan masyarakat harus dikembalikan peranan utamanya dala upaya pencegahan
penyakit. merevitalisasi program posyandu dalam membina kesehatan masyarakat
dan mendeteksi secara dini tumbuh kembang anak.
B.
Rumusan
Masalah
1. bagaimana
dengan kontroversi harga BBM ?
2. apa
saja pengaruh dari kenaikan BBM terhadap
APBN ?
3. apa
saja dampak yang terjadi dikehidupan atas kenaikan BBM ?
4. apa
dampak dan antisipasi dari harga minyak ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui kontroversi harga BBM ?
2. Untuk
mengetahui pengaruh dari kenaikan BBM
terhadap APBN ?
3. Untuk
mengetahui dampak yang terjadi dikehidupan atas kenaikan BBM ?
4. Untuk
mengetahui apa dampak dan antisipasi dari harga minyak ?
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Kontroversi
Kenaikan Harga BBM
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai
terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring
dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor penyebab terjadinya
gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas
cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan
(demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan
negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat
utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan bensin di Amerika
Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak yang terus
meninggi. Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di beberapa negara di dunia
dengan menaikkan harga BBM. Demikian juga dengan Indonesia, DPR akhirnya
menyetujui rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak pada
hari Selasa 27 September 2005 sebesar minimal 50%. Kebijakan kenaikan harga BBM
dengan angka yang menakjubkan ini tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan
terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari
berbagai kalangan. Keputusan pemerintah menaikkan harga bensin, solar, dan
minyak tanah sejak 1 Oktober 2005 akibat kenaikan harga minyak mentah dunia
hingga lebih dari 60 Dolar AS per barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini
direspon oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain.
Biaya produksi menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal
sehingga daya beli masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa
negara banyak dihabiskan oleh Pertamina untuk mengimpor minyak mentah.
Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab
terdepresinya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS. Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya biaya
produksi dan turunnya daya beli masyarakat berarti memperlemah perputaran roda
ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim
investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku pasar,
khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indicator investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari
tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan
perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti
perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap
dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2005. Akibatnya, perilaku investasi di
Indonesia sangat memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala
nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis
menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif
atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan
stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada
argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku
pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya
bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka
kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa
naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
B.
Pengaruh
Kenaikan BBM Terhadap APBN
kenaikan harga minyak
mentah tidak terjadi secara tiba-tiba. sudah banyak prakiraan bahwa harga
minyak mentah akan terus merangkak naik. majalah business week edisi
minggu lalu menurunkan berita dengan judul "next stop: $100 oil?"
sekalipun spare capacity dari negara-negara
produsen minyak yang tergabung dalam organisasi negara-negara
pengekspor minyak (opec) telah meningkat menjadi lebih dari 2 juta barrel per hari atau hamper dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, itu masih jauh lebih rendah dibanidingkan dengan tahun 2002 yang berada disekitar 5 juta barrel per hari.
pengekspor minyak (opec) telah meningkat menjadi lebih dari 2 juta barrel per hari atau hamper dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, itu masih jauh lebih rendah dibanidingkan dengan tahun 2002 yang berada disekitar 5 juta barrel per hari.
Hingga tahun depan,
pasar minyak mentah dunia diperkirakan masih tetap ketat sehingga sangat kecil
kemungkinan harga turun kembali di bawah 60 dollar as per barrel. Apalagi
mengingat ketegangan timur tengah tak kunjung mereda, ditambah lagi hingga
tahun 2008 pertumbuhan permintaan lebih besar daripada pertumbuhan produksi.
C.
Pengaruh Kenaikan Harga Bbm Terhadap
Kehidupan
1.
Pertumbuhan
Apapun
pertimbangan menaikkan harga BBM, bagi kalangan miskin atau nyaris miskin,
impliaksinya hanya satu: kenaikan harga kebutuhan pokok.”Belum karuan naik aja,
sudah pada naik semua, sembako dan lain-lain. Orang gaji naik cuma 10-20% ini
malah lebih,” protes Suryati, seorang buruh anggota Federasi Serikat Pekerja
Metal Seluruh Indonesia, FSPMI asal Bekasi, yang pekan lalu turut berdemo ke
depan Istana Merdeka. Buruh lain, seperti Freddy yang datang dari Pasar Minggu,
kurang lebih mengeluhkan hal yang sama.”Enggak mungkin dalam kondisi begini naikin
harga BBM, karena gaji buruh juga belum mencukupi.” Sebaliknya menurut
pemerintah, tak mungkin kas negara terus-menerus dipakai untuk menambal subsidi
BBM karena sektor lain menjadi terbengkalai. Menurut catatan Badan Kebijakan
Fiskal Kementerian Keuangan, tahun lalu besaran subsidi kesehatan hanya Rp43,8
triliun, infrastruktur Rp125,6 triliun, bantuan sosial Rp70,9 triliun,
sementara subsidi BBM menyedot dana paling besar, Rp165,2 triliun. Padahal itu
belum termasuk subsidi listrik yang berjumlah Rp90 triliun, sehingga secara
total subsidi energi APBN 2011 mencapai Rp255 triliun. Realisasi subsidi BBM
juga cenderung membengkak dari angka acuan karena konsumsi BBM yang tak
terkendali.
Tahun 2010 misalnya, subsidi BBM yang mestinya habis pada hitungan Rp69
triliun kemudian membesar menjadi Rp82,4 triliun. Hal sama terulang pada 2011
dimana anggaran subsidi Rp96 triliun kemudian bengkak menjadi hampir dua kali,
yakni Rp165,2 triliun. Akibatnya kesempatan berinvestasi dalam bentuk
infrastruktur dan pembangunan nonfisik, termasuk kesehatan dan pendidikan,
menjadi lebih sedikit. Pengurangan subsidi BBM, menurut pemerintah, akan
dialihkan sebagian pada program infratsruktur, meski belum jelas apa saja
bentuknya dan bagaimana realisasinya.
Enny Sri Hartati dari INDEF menilai situasi ini sangat tak adil bagi
kelompok miskin. “Katanya subsidi untuk kaum miskin. Padahal pengertian miskin
menurut BPS kan mereka yang tak mungkin punya motor atau mobil, karena
pendapatannya hanya Rp300 ribu (per bulan),”tegas Enny. Pengurangan subsidi
BBM, menurut Enny, bisa lebih tepat sasaran kalau kemudian diarahkan pada
pembangunan infrastruktur atau program pengentasan kemiskinan lain.
2. Inflasi
Pengamat ekonomi Aviliani menyatakan, pemerintah harus mewaspadai risiko
melambungnya inflasi jika harga bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan. Dia
memperkirakan, kenaikan harga BBM pada kisaran Rp 1.500 hingga Rp 2.000 akan
memicu tingkat inflasi nasional menjadi 6,5 persen pada tahun ini. ”Jika
kenaikan BBM berkisar Rp 1.500 sampai Rp 2.000 kemungkinan inflasi akan
bertambah sekitar 1 hingga 2 persen sehingga inflasi nasional akan naik menjadi
sekitar 6,5 persen,” kata Aviliani di Jakarta, Minggu (26/2).
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan bahwa laju inflasi
umum tahun kalender 2011 mencapai 3,79 persen. Bank Indonesia juga
memperkirakan jika harga BBM dinaikan pada kisaran Rp 500 hingga Rp 1.500 maka
akan menimbulkan inflasi lebih dari 5,5 persen. Diakui Aviliani, pemerintah
tidak memiliki pilihan kecuali menaikan harga BBM akibat melambungnya harga
minyak mentah dunia. Hal itu terutama setelah Iran menghentikan ekspornya ke
negara Eropa. Harga minyak sempat mencapai 115 dolar AS per barel.
Menurut beliau, inflasi akibat kenaikan harga BBM tidak akan menimbulkan
gejolak asalkan rupiah tetap pada kisaran RP 8.500 hingga Rp 9.000 per dolar
AS. Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat tetap tinggi. “Karena kecenderungan
masyarakat Indonesia ketika rupiah menguat, maka konsumsi akan meningkat juga,”
ujar Aviliani yang juga Sekretaris Komite Ekonomi Nasional ini. Dengan tingkat
konsumsi yang tetap tinggi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan tetap
terjaga di kisaran 6 persen pada tahun ini. Sebabnya, sekitar 64 persen angka
pertumbuhan nasional ditopang dari konsumsi.
Aviliani mengatakan, kenaikan harga BBM senilai Rp 2.000 per liter dari
harga sekarang akan menghemat anggaran subsidi sebesar Rp 26 triliun dengan
inflasi tinggi. Dia melihat guna menekan inflasi tersebut maka pelarangan
penggunaan konsumsi BBM bersubsidi khusus untuk mobil pribadi dinilai lebih
kecil risiko inflasinya dibanding kenaikan harga BBM untuk semua kendaraan.
“Kalau untuk kenaikan harga BBM, berat. Kenaikan harga akan mendorong inflasi
dan berimbas pada masyarakat. Paling signifikan adalah mobil pribadi tidak
boleh mengonsumsi BBM bersubsidi. Inflasinya tidak akan sebesar kenaikan harga
BBM, dan dana penghematannya lebih besar,” kata Aviliani.
Sementara itu, pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, pemerintah harus
segera menyesuaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi seiring dengan tren
naiknya harga minyak dunia. Dia menjelaskan, krisis finansial yang terjadi di
Uni Eropa dan Amerika, serta ketengangan antara Iran dan negara barat terkait
sanksi ekspor minyak Iran menjadi faktor utama pemicu naiknya harga minyak
dunia. “Kenaikan BBM Rp 1.500 per liter, akan menjadi kebijakan yang paling
realistis,” ujar Kurtubi.
Dia memperkirakan, harga minyak dunia akan menembus 120 dolar AS per
barel untuk Indonesian Crude Price (ICP), bahkan jika Selat Hortmutz ditutup
akan mencapai 120 dolar AS hingga 130 dolar AS per barel. “Harga ICP tidak akan
berhenti di angka 120-130 dolar AS per barel, meksipun Selat Hortmuzt tidak
ditutup,” katanya. Jika harga BBM jadi dinaikkan, Kurtubi mengingatkan agar
pemerintah segera menyampaikan perubahan APBN-P kepada DPR, mengingat UU APBN
2012 melarang kenaikan harga.
3. Pengangguran
Dampak kenaikan harga bahan bakar ini terhadap aktivitas ekonomi dikenal
dengan istilah multiplier effect. Misalnya jika BBM naik menjadi Rp 6.000/
liter maka akan menaikkan harga barang dan jasa, karena kenaikan harga bahan
bakar itu menjadi komponen penting dalam penentuan harga produk barang dan
jasa. Ketika harga barang dan jasa naik, dengan asumsi pendapatan
masyarakat tetap maka daya beli masyarakat pun turun.
Bahkan sangat mungkin terjadi bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu
naik sebanding dengan kenaikan harga BBM. Akibat lebih lanjut, jika harga
barang dan jasa naik maka produk domestik tidak dapat bersaing dengan produk
asing yang membanjiri Indonesia. Dampak lebih lanjut adalah penjualan industri
turun, omzet turun, pendapatan masyarakat turun. Akibat lebih lanjutnya adalah
PHK dan naiknya angka pengangguran.
Dalam waktu yang bersamaan, ketika harga BBM akan naik, muncullah program
bantuan tunai yang digulirkan pemerintah dengan tujuan meredam dampak sosial
ekonomi masyarakat, yang disebut BLSM. Program bantuan tersebut
bersifat konsumtif, sesaat, tampak sebagai kebijakan tambal sulam, tidak dapat
memberdayakan ekonomi masyarakat, sering salah sasaran, dan justru akan
menghambat tumbuhnya potensi-potensi ekonomi masyarakat.
yang harus dilakukan oleh
pemerintah adalah agar kebijakan pemerintah direspons positif atau good news
dan dapat mengurangi protes serta demo mahasiswa dan masyarakat, maka sebaiknya
semua aktivitas pemerintah dikelola dan dikomunikasikan kepada publik secara
transparan, fairness, serta informasi tersebut mudah diakses masyarakat luas.
Jika masyarakat mengetahui dengan jelas, fenomena riil penyebab kenaikan BBM
ataupun kebijakan lain, masyarakat akan mudah menerima serta menjalankan
program-program pemerintah tersebut dengan baik. Keterlibatan dan pengakuan
akan keberadaan masyarakat dalam kebijakan, akan meningkatkan komitmen dan
kesungguhan masyarakat untuk menjalankan semua program pemerintah. Bantuan
langsung sementara masyarakat sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, misalnya mengoptimalkan pembangunan infrastruktur
sehingga aktivitas ekonomi masyarakat bisa meningkat lebih cepat dan menurunkan
ekonomi biaya tinggi.
Persoalan kemacetan jalan harus secepatnya ditangani karena hal itu akan mendorong meningkatnya biaya tinggi bagi masyarakat. Semua kebijakan pemerintah harus konsisten dan berkesinambungan antara satu dan yang lain sehingga tidak terkesan tambal sulam hingga mengecewakan dan menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat.
Persoalan kemacetan jalan harus secepatnya ditangani karena hal itu akan mendorong meningkatnya biaya tinggi bagi masyarakat. Semua kebijakan pemerintah harus konsisten dan berkesinambungan antara satu dan yang lain sehingga tidak terkesan tambal sulam hingga mengecewakan dan menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat.
4. Neraca
Pembayaran
Bank
Indonesia mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak
karena jika tidak dilakukan turut memperbesar defisit neraca pembayaran
akibat pembengkakan konsumsi komoditas itu.Satu sisi, dampak dari kebijakan
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bakal mendorong inflasi di atas target
apabila kenaikan di atas Rp1.000 per liter. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution
mengatakan setiap kebijakan pasti ada dampak yang harus ditanggung. Namun, ada
dampak positif juga yang diperoleh dari kenaikan harga BBM, karena mengurangi
subsidi dan konsumsi masyarakat. “Sebetulnya terus terang situasi kalau tidak
dilakukan kenaikan harga, bukan hanya APBN kesulitan. Neraca pembayaran kita
pun kesulitan. Mulai tengah tahun lalu neraca migas kita defisit. Padahal dari
50 tahun lalu surplus,” ujarnya di Jakarta, hari ini (23/02). Dia mengutarakan
total ekspor migas nasional dibandingkan dengan impor jauh lebih besar
impornya. Hal itu, lanjutnya, turut memperketat transaksi berjalan dari
neraca pembayaran.
D.
Dampak
Dan Antisipasi Harga Minyak
Kenaikan harga minyak mentah tidak
terjadi secara tiba-tiba. Sudah banyak prakiraan bahwa harga minyak mentah akan
terus merangkak naik.
Dengan kecenderungan harga minyak yang
bertambah "liar", kita patut mempertanyakan mengapa pemerintah dan
DPR mematok asumsi harga minyak 60 dollar AS per barrel dalam APBN 2008. Dampak
lonjatkan harga minyak bumi terhadap APBN sebenarnya bisa diminimalkan apabila
kita mampu meningkatkan produksi minyak mentah. APBN 2008 memang mencantumkan
kenaikan asumsi produksi (lifting) minyak dari 950.000 barrel sehari menjadi
1,034 juta barrel sehari. Namun, pengalaman selama delapan tahun terakhir
menunjukkan, asumsi APBN untuk lifting minyak lebih kerap dikoreksi ketimbang
ke atas, sama kerapnya dengan perubahan asumsi-asumsi tersebut tak hanya sekali
diubah dalam satu tahun anggaran. Penyesuaian yang kerap terjadi di dalam tahun
anggaran berjalan menunjukkan kualitas perencanaan yang buruk. Sudah saatnya
kita memiliki system anggaran yang lebih berkualitas dan akurat agar fungsi
anggaran untuk menggerakkan pembangunan bisa lebih optimal.
Sayangnya, kita menjumpai ruang yang
cukup leluasa untuk meningkatkan prduksi
minyak mentah. Dalam jangka pendek peningkatan produksi tak mungkin dari
lading-ladang besar. Satu-satunya kemungkinan adalah dari lading-ladang kecil,
dibutuhkan teknologi yang lebih baru dan lebih mahal, yang berarti harus ada
investasi baru. Sementara itu, para pengusaha minyak masih enggan melakukan
investasi baru di tengah regulasi yang belum menentu dan respon dari regulator.
Departemen ESDM dan BP Migas yang sangat lamban. Sudah saatnya Presiden
mengambil langkah-langkah tegas untuk mengamankan kebijakan energy nasional,
termasuk melakukan peremajaan total di pucuk pimpinan Departemen ESDM dan BP
Migas. Jika produksi tidak meningkat dan pertumbuhan konsumsi BBM di dalam
negeri tetap melaju seperti sekarang. Jiak produksi tidak meningkat dan
pertumbuhan konsumsi BBM di dalam negeri melaju seperti sekarang, sudah hamper
bisa dipastikan pada triwulan terakhir tahun ini kenaikan harga minyak akan
berdampak terhapad kenaikan deficit APBN. Jadi, peningkatan deficit lebih
disebabkan penurunan produksi ketimbang kenaikan harga minyak mentah. Betapa
sensitive perubahan asumsi produksi terlihat dari perhitungan setiap penurunan
produksi minyak mentah sebesar 50.000 barrel per hari berpotensi meningkatkan
deficit APBN sebesar RP 4 triliun. Kenaikan harga minyak mentah baru berdampak
terhadap kenaikan deficit APBN pertumbuhan konsumsi BBM di dalam negeri terus
menigkat dan penyelundupan BBM ke luar negeri marak kembalik akibatdisparitas
harga di dalam negeri bertambah lebar terjadi tahun 2003-2004. Pda tahun 2004
setiap kenaikan harga sebesar 10 dollar AS di atas harga asumsi APBN akan
menambah deficit sebesar 2 triliun.
Dampak tak langsung harus diperhitungkan
pula dampak tak langsung dari kenaikan harga minyak terhadap APBN dan
perekonomian. Pertama, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 6,8 persen untuk
tahun 2008 hampir mustahil bisa dicapai. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan
ekonomi dunia yang dipangkas dari 5,2 persen menjadi 4,8 persen untuk tahun
2008. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun depan hanya 6,1 %.
Dari gambaran kondisi perokonomian yang
lebih suram ini, sudah tentu posisi penerimaan pajak pun akan turun. Dengan
demikian, deficit APBN akhirnya semakin menganga dan bisa mendekati 2 persen
dari produk domestic bruto.
Kedua, kenaikan harga bahan bakar minyak
dan tariff listrik nonsubsidi akan menambah beban sector industry dan pada
gilirannya sector pertanian pangan. Sector industry manufaktur yang
pertumbuhannya sudah mulai kembali merangkak anik sampai ke tingkatan 5, 5
persen pada triwulan kedua tahun 2007 diperkirakan dangat sulit berlanjut mendekati
pertumbuhan produk domestic, apalagi melampauinya.
Pilihan yang elegan bagi Pemerintah
iaiah mengoptimalkan sektor0sektor yang menikmati berkah seperti minyak
sawit,karet,dan komoditas pertambangan yang harganya melambung, bukan justru
menggangu pengembangannya. Dari ekspor minyak sawit saja, potensi tambahan penerimaan APBN akan meningkat.
PENUTUP
Kesimpulan
Kenaikan harga BBM
akan sangat membebani masyarakat.
Karena akan berdampak besar tehadap kebutuhan yang dikonsumsi dari masyarakat
itu sendiri. Seperti kenaikan sembako,
kenaikan tariff dasar listrik, kenaikan biaya transportasi umum yang menjadi
transportasi masyarakat.
REFERENCE
0 komentar:
Posting Komentar