Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Sabtu, 29 Juni 2013

Aku dan Ayah

Jarang sekali aku bercerita tentang ayahku. Beliau adalah sosok yang amat sangat aku hormati didunia ini. Ayahku bertubuh tinggi berkulit putih berhidung mancung dan memiliki mata yang besar. Ayahku lahir ditanah sumatera utara tepatnya di kampung rantauprapat. Ayahku hanya dua bersaudara dan semuanya laki-laki. Beliau yang paling bungsu. Kata opung perempuan, ayahlah yang paling manja. Mungkin akulah yang mengambil gen itu, manja !  sejak kecil hingga saat ini akulah yang paling dekat dengan ayah diantara kami berempat bersaudara perempuan. Mungkin karena sejak kecil aku sering diantar jemput oleh ayah bahkan sampai aku lulus SMA. Hingga teman-temanku mengejekku, kalau aku adalah anak papi. Karna diantara teman-teman SMAku, hanya aku yang diantar jemput disekolah, bahkan ketika aku kursus bahasa inggris, bimbingan belajar, ayahku dengan setia menungguku di tempat aku kursus dan bimbel. Saat aku latihan menari, bimbingan olimpiade di sekolah, bimbingan persiapan seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri, ayahku dengan begitu semangatnya mengantar dan menjemputku. Kami selalu bersama. Dulu aku sangat takut ketika harus menyeberang jalan pada saat mau pergi ke sekolah, karna jalanan begitu ramai akan motor, mobil dan juga truk. Waktu itu aku pertama kali masuk SD, aku sangat pemalu dan juga pendiam. Ayah lah yang pertama kali mengajarkan aku cara menyeberang jalan. Ayah meyakinkan aku, bahwa aku harus berani menyeberang jalan, ayah mempraktekannya berkali-kali hingga hatiku mantap untuk melakukannya. Lihat kearah kiri dan kanan jalan, ketika tidak ada kendaraan, maka menyeberanglah pelan-pelan. Tapi aku masih kecil dan masih susah ketika ayah mengajarkan aku. Aku mempraktekkan apa yang ayah katakan padaku, dan dengan polosnya aku melihat kanan kiri jalan tapi aku bukan berjalan pelan-pelan tetapi aku berlari. Dan ayahku panik, lalu memelukku. Takut ada kendaraan yang tiba-tiba datang dan menabrakku. Dengan panik ayah memelukku erat-erat. Dengan polosnya aku tertawa melihat wajah ayahku yang merah karena panik. Ayah terus mengulang kata-katanya, dan dengan seksama aku mendengarnya. Dan pada akhirnya aku sukses melakukannya, menyeberang jalan sesuai instruksi ayah. Lihat ke arah kanan dan kiri, ketika tidak ada kendaraan, maka menyeberanglah pelan-pelan. Ayah juga yang mengajarkanku bagaimana cara berteman yang baik. Jangan memilih-milih teman. Bertemanlah  pada semuanya. Jangan sombong dan angkuh, karena ketika kita sombong dan angkuh maka tidak ada satupun teman yang akan berteman dengan kita. Kalimat-kalimat itulah yang tertanam dihatiku yang paling dalam selalu kuingat hingga sekarang. Dan ketika aku tumbuh remaja ayah sangat melindungiku. Karna saat itu, pergaulan anak-anak remaja sangat bebas. Banyak teman-temanku yang salah arah karena kurangnya pengawasan dari orangtua. Keluargaku bisa dikatakan keluarga yang sangat keras dan disiplin terhadap anak-anaknya. Dan semuanya tidak sia-sia karena apa yang ayah lakukan pada anak-anaknya sungguh berbuah manis. Aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengecewakan ayah dalam bidang akademik. Ayahku bukanlah seorang guru di sekolah, tapi beliau adalah guru terbaik dalam hidupku. Ketika ada PR ayah yang selalu membantuku mengerjakannya, baik itu matematika, bahasa indonesia, agama,  biologi dan kimia. Ayah dengan sabar mengajariku. Setelah kami sholat magrib aku akan mengaji, dan ketika aku tidak memahami bacaan ayat Al-Quran, aku spontan mencari ayah untuk menjelaskannya. Ayah dengan lancarnya menjelaskan kepadaku. Waktu itu kami sedang belajar di ruang keluarga, aku dan ayahku. Lebih jelasnya aku belajar matematika mengenai bangun ruang, yang begitu susah menurutku. Tapi ayah dengan sabar mengajarkanku. Ketika aku sedang mengerjakan latihan soal, ponselku berbunyi bertanda ada sms. Ponsel itu terletak tepat disamping bukuku. Karna begitu seriusnya aku mengerjakan soal latihan. Aku mengabaikan ponselku. Tapi ponselku tak berhenti berbunyi. Alhasil ayahku yang mengambil ponselku, dan membaca sms dari temanku. Ayahku tersenyum sendiri dan mulai mengejekku. “ira ini ada sms dari pacar ira” mendenganr ayahku berkata seperti itu, aku langsung kaget. Haa ? pacar ? siapa yah ? sebut saja si kunang-kunang kecil. Aku tidak panik, karna aku tahu, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan kunang-kunang itu. Tapi memang dia yang menaruh hati padaku pada saat itu. Lalu aku balik bertanya pada ayah, memang sms apa yah ? kata-kata romantis, cinta-cinta gitu, dengan wajah tersenyum menggoda. Aku tak bisa menahan tawaku, ketika ayah berkata seperti itu. Halahhhh itu kunang-kunang kecil yah, biasa ira kan anak ayah yang paling cantik sedunia, jadi wajarlah kalau punya fens. Tapi serius yah, ira bukan pacar kunang-kunang kecil. Dia tuh emang suka ngirim sms kayak gitu. Tenang aja yah, cuman ayah satu-satunya laki-laki yang ira cintai, belum ada yang lain. Sambil memeluk ayah. Aku sangat penurut apa yang ayah bilang, karna aku takut mengkhianati kepercayaan ayah. ketika teman-temanku pusing memikirkan bagaimana cara berjalan-jalan dengan pacarnya. Aku sibuk membuat rencana bersama ayah pada akhir pekan. Yaa, pantai, tempat favorit kami. Kami kepantai dipagi hari. Melihat matahari terbit. Sungguh begitu indah. Ayah mulai memesan kopi  hangat dan pisang goreng. Tapi aku hanya minum air mineral biasa.  Aku selalu mengganggu ayah, dengan mencicipi kopi ayah. terkadang ayah hanya minum sedikit, semntara aku yang begitu banyak, sampai-sampai ayah yang menyuruh aku menghabiskan kopi beliau. Aku menghabiskan akhir pecak bersama ayah, dan teman-temanku bersama pacarnya. Karna aku memang tidak di izinkan ayah berpacaran. Padahal begitu banyak teman-teman laki-laki yang manaruh hati padaku, tapi tak satupun yang kuperdulikan. Hanya ayah satu-satunya pacarku, sahabatku. Terlihat begitu jelas pada raut wajah ayah, ketika ada kunang-kunang kecil yang datang padaku. Ayah begitu protect padaku. Selalu menasihatiku seperti ini. Ira kalau pacaran, nanti sekolahnya tidak sukses. Hanya akan merugikan ira sendiri. Jadi ayah berharap ira tidak pacaran. Kata-kata itu yang selalu kutanam dalam pikiranku. Dan sampai saat ini, aku melakukan nasihat ayah untuk tidak berpacaran. Kata-kata ayah yang menjadi prinsipku saat ini. Memang begitu banyak cobaan dan ujian ketika aku harus menjaga prinsip yang selama ini aku bangun susah payah..
Tak terasa waktuku bersama ayah harus berhenti karna aku harus merantau ke kota orang untuk melanjutkan sekolahku, yaa Yogyakarta..

TO BE CONTINUE with aku dan Ayah.. 

0 komentar:

Posting Komentar