BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejak
krisis ekonomi perekonomian Indonesia pada pertengahan 1997
membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Akibatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu
orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen,
tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun
pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran.di.Indonesia.bertambah.
Pada
1997, jumlah penganggur terbuka mencapai 4,18 juta.
Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001
(8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta).
Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan,
pada 2001: usia kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), penduduk yang kerja (90,807 juta), penganggur terbuka (8,005 juta),
setengah penganggur terpaksa (6,010 juta), setengah
penganggur sukarela (24,422 juta); pada 2002: usia kerja
(148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang
kerja (91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur
terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela tidak
diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah
banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007
pasti jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan
kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
Pada 2002:
usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja
(91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa
(28,869 juta), setengah penganggur sukarela tidak diketahui jumlah pastinya.
Hingga tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga
2007 pasti jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya
stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
1.2
Rumusan
Masalah
Seperti yang
telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa pengertian definisi pengangguran
2.
Apa yang menjadi masalah
pengangguran di indonesia
3.
Bagaimana keadaan pengangguran di
Indonesia
4.
Bagaimana keadaan angkatan kerja dan
kesempatan kerja
5.
Pengangguran mengakibatkan kemiskinan
6.
Sajian data pengangguran di
indonesia
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulis membuat makalah yang berjudul ”Masalah Pengangguran di Indonesia”
adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahu Definisi Pengangguran
2.
Mengetahui apa yang menjadi masalah
pengangguran di Indonesia.
3.
Mengetahui keadaan pengangguran d
Indonesia
4.
Mengetahui keadaan angkatan kerja
dan kesempatan kerja
5.
Mengetahui akibat yang ditimbulkan
dari pengangguran.
6.
Merealisasikan Industri untuk
menyerap tenaga kerja dan mengurangi
7.
Mengetahui data – data tentang
pengangguran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pembahasan
Definisi
pengangguran secara umum yaitu seseorang pada usia angkatan kerja yang tidak
bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian
mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja
tersebut. Selain definisi di atas masih banyak istilah arti definisi pengangguran
diantaranya:
Definisi
pengangguran menurut Sadono Sukirno, pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya
Definisi
pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
Pengangguran
adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang
meskipun dapat dan mampu melakukan kerja, definisi pengangguran menurut
Menakertrans
-
Masalah Pengangguran di Indonesia
Pengangguran
di Indonesia menjadi suatu masalah. Pengangguran adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Masalah
ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup
memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur yang besar, pendapatan yang
relatif rendah dan kurang merata. Kondisi pengangguran yang tinggi menjadi
beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal; dan dapat menghambat pembangunan
dalam jangka panjang.
Pembangunan
bangsa Indonesia kedepan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia
Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai ketrampilan dan keahlian
kerja, sehingga mampu membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai
pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.
Kebijakan
Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk
penciptaan dan perluasan kesempatan kerja sehingga meminimalisis jumlah angka
penggangguran. Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP), mengingat
70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda.
-
Keadaan Pengangguran di Indonesia
Pengangguran
terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja
tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja, kurang efektifnya informasi juga
disebabkan pengetahuan yang kuarang sehingga informasi tidak dapat diterima
secara efektif.Adanya penggangguran juga berkaitan
erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja oleh perusahaan.
Menurut
data BPS angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13
juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah
yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia
penganggur sebagian besar (5.78 juta) adalah pada usia
muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Situasi
seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas
nasional. Masalah lainnya adalah jumlah setengah
penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja
normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang
lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang
mengakibatkan produktivita.
Pusat
Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E
LIPI) memprediksi bahwa jumlahpengangguran tahun ini akan
meningkat menjadi 11,833 juta orang. Angka tersebut belum
termasuk eks tenagakerja Indonesia (TKI) yang kembali ke
Tanah Air dari Malaysia dan pengangguran akibat bencana
tsunami di Aceh.
"Angka
ini berbeda dengan yang dikeluarkan pemerintah yang
menyatakan pengangguran pada 2005 sekitar 9,9juta orang,"
kata Koordinator P2E LIPI, Wijaya Adi, kepada wartawan di
Jakarta kemarin.Menurut Wijaya, tingginya angka
pengangguran terkait dengan fenomena yang muncul pada masa
krisis, yaitupertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan konsumsi. Padahal konsumsi tidak memberikan pengaruh kepada penyerapan tenaga
kerja. Bila sebelum krisis kenaikan pertumbuhan ekonomi 1 persen
mampu menyerap 400 ribu tenaga kerja, sekarang hanya
menyerap 250 ribu tenaga kerja.
Padahal
dalam setahun, menurut dia, tambahan angkatan kerja mencapai
2,5 juta orang atau 12,5 juta orang selama lima tahun. Dengan
target pertumbuhan ekonomi 2005 sebesar 5,5 persen,
tenaga kerja yang dapat diserap hanya 1,375 juta orang.
"Tambahan pengangguran pada 2005 akan berkisar pada
angka 1,125 juta orang," ujarnya. "Ditambah stok penganggur pada tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan jumlah penganggur pada 2005
akan berkisar 11,833 juta orang."
Penelitian LIPI tersebut belum
memperhitungkan pengangguran pascatsunami di Aceh.
Akibat bencana ini, boleh jadi angka pengangguran di Indonesia
akan lebih besar. Sebab, menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO),
ada 600 ribu pengangguran pascabencana tersebut. ILO memperkirakan, tingkat
pengangguran di provinsi-provinsi yang terkena dampak bencana diperkirakan
30 persen atau lebih, meningkat drastis dari tingkat 6,8 persen di provinsi-provinsi tersebut sebelum tertimpa bencana
(Koran Tempo, 24/1). Wijaya membenarkan bila
memperhitungkan eks TKI dan pascatsunami, angka pengangguran
bisa lebih besar lagi. "Perkiraan saya ada tambahan pengangguran
sekitar 500 ribu orang," tuturnya.
-
Keadaan Angkatan Kerja dan Keadaan
Kesempatan Kerja
Masalah
pengangguran dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja yang jumlahnya lebih
besar dari jumlah lahan pekerjaan. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002
sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia
sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang
hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja.di.Indonesia.kualitasnya.masih.rendah.
Pendidikan
yang kurang mengakibatkan banyak yang tidak bersekolah atau mereka yang
bersekolah menjadi putus sekolah, sehingga menimbulkan angkatan kerja yang muda
(usia sekolah). Oleh karena itu banyak
tena kerja Indonesia yang berkualitas rendah (SD, SLTP) menyebabkan kesempatan
kerja di Indonesia mempunyai persyaratan kerja yang rendah dan memberikan
imbalan yang kurang layak. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja
rendah.
-
Pengangguran Mengakibatkan
Kemiskinan
Kemiskinan semakin
lengkap dengan terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa bumi, tsunami, dll.
Kantung-kantung kemiskinan di negeri ini semakin hari semakin menyebar
Lepas dari perdebatan indikator
yang digunakan, data kemiskinan di negeri
ini terus menunjukkan trend memburuk. Jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 17 persen dari populasi penduduk yang kini telah mencapai
angka 220 juta jiwa. Menurut data resmi Susenas (BPS,
2006), jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 juta
jiwa (15,97 persen) menjadi 29,05 juta jiwa (17,75 persen).
Sementara jumlah penganggur menurut data Sakernas (BPS, 2006) juga terus meningkat dari 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Februari
2005 menjadi 11,1 juta jiwa (10,4 persen) pada Februari
2006.
Meski pemerintahan terus
berganti, kemiskinan tetap saja menjadi masalah yang terus mendera
rakyat. Data
tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 23 persen anggaran pembangunan pemerintah yang tergunakan.
Akibatnya, dana pembangunan yang berjumlah lebih dari Rp
50 triliun parkir di Bank Indonesia. Sementara di bank
pembangunan daerah (pengelola dana pemerintah daerah), lebih
dari Rp 40 triliun juga parkir dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dana “menganggur” ini semestinya bisa digunakan untuk membantu
percepatan pertumbuhan sektor riil agar mampu menyerap
tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan. Damna yang seharusnya untuk bantuan
pengembangan mrakyat guna pengentasan kemiskinan disinyalir digunakan
pejabat-pejabat bangsa.
Walaupun
pemerintah
Indonesia melakukan peminjamanguna mengatasi
masalah kemiskinan tetap saja tidak berdampak secara signifikan.
Padahal, kucuran dana yang datang dari
World Bank, IMF, ADB, CGI, dan donor bilateral (baik dalam bentuk hibah maupun utang) yang mengatasnamakan penanggulangan kemiskinan mencapi
angka puluhan milyar dolar. Di sini, komitmen melawan kemiskinan
menjadi patut dipertanyakan.
Kesimpulan
Penganggran yaitu
seseorang pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti
mendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti
mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Penyebab banyaknya
pengangguran diantaranya karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Kurannya informasi
dikarenakan kurangnya pengetahuan akibat putus sekolah bahkan tidak sekolah dan
parahnya lagi karena buta huruf. Masalah pengangguran di Indonesia akan
mempengaruhi bidang/sector lainnya seperti sektor ekonomi karena banyaknya
pengengguran mengekibatkan daya konsumsinya yang minimum sehingga dalam siklus
ekonomi terjadi ketimpangan karena daya beli yang rendah. Karena angkatan kerja
kebanyakan juga terdiri dari angkatan kerja yang kualitasnya kurang memenuhi
standar sehingga susahnya dalam memenuhi syarat yang harus dipenuhi dan
mengakibatkan kesempatan atau peluang kerja menjadi kecil. Pengangguran yang
ada menjadikan masalah baru yaitu angka kemiskinan yang semakin meningkat
karena banyaknnya pengangguran. Ketidakpunyaan biaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya menyebabkan pengangguran menjadi tambahan beban kemiskinan.
0 komentar:
Posting Komentar